Tak hanya di desa Sumberasri, pendampingan Lembaga Aliansi relawan untuk Penyelamatan Alam (ARuPA) di desa Kalipait, desa penyangga di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) juga terus berlangsung, di bulan April. (baca juga: Pertemuan Kelompok dan Diskusi Perkembangan MDK di Desa Sumberasri)
Kali ini pendamping dari Lembaga ARuPA, Probo Wresni Adji, S.Hut., MPA, Kepala SPTNW I Tegaldlimo dan salah satu penyuluh TNAP melakukan pertemuan bersama kelompok masyarakat binaan TNAP di Mess dosen TNAP.
Kelompok dampingan yang dimaksudkan sendiri adalah kelompok Al Barokah, Kelompok Tribuana Manunggal Purwo dan Kelompok Purwo Kreatif. Masing-masing kelompok datang berombongan beserta para anggotanya.
Dalam pertemuan tersebut, selain memperkenalkan Probo Wresni Adji, S.Hut., MPA, sebagai Kepala SPTNW I Tegaldlimo yang baru, agenda lain dalam pertemuan ini adalah sambung roso. Sambung roso sendiri secara harafiah adalah menjalin silahturahmi. Tujuannya adalah memperkenalkan satu sama lainnya, agar mengerti kendala apa saja yang dihadapi masing-masing kelompok, serta mencari solusinya.
Dalam perkenalannya, Imam Mahmud dari kelompok Al Barokah bercerita bahwa kelompoknya sudah berdiri dari tahun 2008, mempunyai anggota sebanyak 30 orang dan sudah berganti kepengurusan sebanyak dua kali. Saat ini kelompok mempunyai indukan sapi sebanyak 17 ekor dan masing masing anggota sudah pernah merasakan perguliran sapi.
“Namun ada kendala yang dihadapi yaitu soal pemerataan induk kepada seluruh anggota dan persoalan perkembangan kelompok yang lambat,” tutur Mahmud.
Selain itu, kelompok Tribuana, yang diwakili oleh Wawan juga menyampaikan perkembangan dari kelompok saat ini masih belum berjalan lagi, hal itu diakibatkan kerena persoalan pemasaran dan skill tenaga pembuat kerajinan.
“Pada awalnya, memang kami sudah mendapatkan pasar di Surabaya, bahkan sudah melakukan beberapa kali transaksi. Namun karena ada persoalan, sekarang belum menemukan pasar lagi” kata Wawan.
Wawan melanjutkan, kelompoknya sendiri sekarang sedang mencoba untuk menggerakkan unit usaha yang ada di bawahnya, yaitu budidaya ikan air tawar monosex.
Sementara itu, Tony dari Kelompok Purwo Kreatif juga menyampaikan kendala kelompok dalam menjalankan usaha sablon, yakni tentang desain grafis dan pemasaran. “Saat ini, desain masih dibantu oleh banyak orang, baik dari Pak Ujik, Sablon yang ada di Jajag maupun mas Gendut, Petugas dari TNAP,” lanjut Tony.
Selain itu, kendala tambahan juga terjadi di sekitar bulan Maret-April ini. “pada bulan ini, kami membantu panen di hutan babatan pak, berangkat pagi pulang sore, bahkan kadang sampai malam. Hal itu yang menyebabkan kami belum bisa fokus menangani sablonan,” aku Tony.
Mendengar berbagai masalah sekaligus perkembangan tersebut, Probo Wresni Adji menanggapi dengan antusias.
“Saat ini, TNAP akan fokus melakukan pendampingan kepada kelompok-kelompok yang sudah ada. Harapannya hubungan timbal balik bisa terjadi. Soal promosi, kita akan promosikan kelompok anda di jaringan yang ada. Namun anda juga akan membantu kami , terutama dalam bidang konservasi hutan” pungkasnya.