Atas dilaksanakannya program konervasi PT. SGM Prambanan selama enam bulan terakhir masyarakat Desa Tegalmulyo telah menerima berbagai manfaat atas dilaksanakannya program konservasi tersebut. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan diantaranya pembersihan embung Tirta Mulya, pembuatan sumur resapan dan rorak, penanaman di areal bekas tambang, operasionalisasi alat ukur curah hujan, serta pembuatan papan interpretasi dan gazebo di embung Tirta Mulya. Seluruh kegiatan tersebut mulai dilaksanakan sejak bulan September 2022 atas kerjasama PT. SGM Prambanan dengan Perkumpulan Aliansi Relawan untuk Penyematan Alam (ARuPA). Pelaksanaan kegiatan tersebut juga bekerjasama dengan pemerintah Desa Tegalmulyo dan melibatkan warga desa secara langsung pada masing-masing kegiatan.
Embung Tirta Mulya merupakan salah satu destinasi wisata di Desa Tegalmulyo. Area ini digunakan sebagai penampung air hujan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar utamanya untuk menyiram tanaman pada musim kemarau. Embung Tirta Mulya memerlukan perawatan rutin diantaranya pembersihan saluran air, pembersihan badan air embung dari sampah atau kotoran, penambalan geomembran embung jika ada kebocoran, pemangkasan rumput, dan perawatan seluruh fasilitas yang ada di area embung. Pemerintah Desa Tegalmulyo berupaya untuk terus mendorong revitalisasi embung Tirta Mulya sebagai destinasi wisata di Tegalmulyo. Pemdes berkomitmen untuk melakukan pemeliharaan serta penambahan fasilitas di embung Tirta Mulya. Hingga saat ini keberadaan embung Tirta Mulya sangat membantu masyarakat sekitar untuk mengairi tanaman terutama di musim kemarau. Masyarakat berharap keberadaan embung ini akan terus terjaga.
Selain itu, dalam program ini juga dilaksanakan pembuatan sumur resapan sebanyak 30 buah. Sumur resapan tersebut dibuat di pekarangan warga yang berfungsi sebagai penampung air hujan untuk langsung diresapkan ke dalam tanah. Sumur resapan yang dibuat mendapat pasokan air dari atap rumah yang dialirkan melalui talang ke sumur resapan. Selain itu, sumur resapan juga mendapat pasokan secara optimal dari air yang mengalir diatas permukaan tanah hal ini dikarenakan sumur resapan dibuat pada area terendah di sekitar pekarangan rumah. Keberadaan sumur resapan diakui oleh warga dapat mengurangi jumah genangan air yang sering terjadi di sekitar rumah pada saat hujan. Dengan adanya sumur resapan akan mengurangi debit air yang mengalir diatas permukaan tanah dan menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Semakin banyak air yang masuk kedalam tanah akan semakin menambah jumlah cadangan air baku di dalam tanah. Selain sumur resapan, juga dibuat rorak yang tersebar di tegalan seluas kurang lebih 1 hektare. Terdapat sebanyak 33 rorak yang telah dibuat. Rorak dibuat dengan ukuran 2 x 1 meter dan kedalaman 0,5 meter. Secara prinsip fungsi rorak hampir sama dengan sumur resapan yaitu untuk menampung air hujan supaya langsung terserap kedalam tanah. Rorak dibuat pada posisi terendah di suatu pekarangan. Selain berfungsi sebagai penampung air, rorak juga berfungsi sebagai penampung material yang kaya nutrisi yang ikut terbawa air masuk kedalam rorak. Sehingga petani dapat mengambil material yang terendap di dalam rorak untuk dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Berkaitan dengan kegiatan rehabilitasi, pada program konservasi ini dilakukan penanaman sebanyak 650 bibit di areal bekas tambang pasir. Jenis yang ditanam antara lain alpukat, kopi arabika, dan mindi. Jenis bibit yang ditanam telah disesuaikan dengan karakteristik lahan serta berdasarkan masukan dari warga. Di lokasi penanaman telah dibuat plot tanaman seluas 20 x 20 meter persegi yang didalamnya terdapat sebanyak 50 bibit tanaman. Plot tersebut dibuat untuk memonitor pertumbuhan tanaman serta untuk penghitungan jumlah cadangan karbon.
Pada program konservasi ini digunakan aplikasi Jejak.In sebagai platform dalam monitoring pertumbuhan tanaman tersebut. Pada aplikasi Jejak.In tidak hanya dilakukan input dan update data untuk tanaman saja, melainkan juga data sumur resapan dan rorak. Data diupload melalui smartphone yang didalamnya telah terinstal aplikasi Karlon. Kegiatan monitoring kondisi tanaman, sumur resapan, dan rorak dilakukan secara periodik pada interval waktu tertentu. Khusus pada tanaman yang masuk pada plot pengamatan, telah dipasangi barcode tanaman yang jika di scan akan berisi informasi lengkap pada masing-maisng individu tanaman. Informasi yang tersedia diantaranya jenis tanaman, tanggal ditanam, diameter dan tinggi tanaman pada saat ditanam, kondisi kesehatan tanaman, koordinat lokasi tanaman, serta informasi terkait program dan pelaksana kegiatan penanaman.
Lebih lanjut, pada program ini juga telah melakukan perbaikan dan penambahan papan interpretasi yang berada di embung Tirta Mulya. Papan interpretasi tersebut berisi informasi seputar embung, jenis-jenis embung, manfaat embung, dan sejarah dibangunnya embung Tirta Mulya. Papan interpretasi dibuat sangat interaktif sehingga menarik para penunjung untuk membaca informasi di papan interpretasi.
Terakhir, atas dilaksanakannya program konservasi ini telah dipasang alat pengukur curah hujan di Desa Tegalmulyo. Tidak hanya sekedar melakukan pemasangan alat pengukur curah hujan, pada kesempatan ini juga telah dilatih tiga orang dari perangkat Desa Tegalmulyo sebagai operator yang secara periodik akan melakukan pengambilan data pada alat tersebut. Data curah hujan yang diperoleh digunakan sebagai parameter untuk memperkirakan jumlah serapan air di Desa Tegalmuyo yang juga berkaitan dengan keberadaan sumur resapan dan rorak. (Al)