“Berawal dari banyaknya botol air mineral dan lainnya, maka saya mencoba membuat infus pohon. Banyak informasi yang saya dapatkan mengenai tehnik pengairan tanaman. Semua coba, saya buktikan dilapangan, ternyata tidak efektif. Hingga akhirnya saya mencoba sendiri, dengan tehnik yang sederhana, tidak membutuhkan peralatan mahal dan ternyata malah berhasil”, demikian kata Rubikem, seorang petani perempuan di Kalurahan Terong, Dlingo, Bantul.
Dia adalah seorang Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) yang menyandang predikat juara I nasional pada tahun 2012. Selain itu, Rubikem adalah salah satu pengurus di Kelompok Tani Hutan (KTH) Jasema dan pengurus Koperasi Tunda Tebang Jasema, yang bersekretariat di Kalurahan Terong, Dlingo, Bantul.
Dalam kesehariannya, Rubikem seperti halnya kaum perempuan lain di desa, dia membantu mengurus lahan pertanian dan hutan rakyat, mencari kayu bakar, mencari pakan ternak, mencuci dan memasak untuk kebutuhan rumah tangga.
Sepulang dari lahan dia merawat tanaman disekitar rumah. Pohon buah-buahan tersebar disekililing pekarangan rumahnya. Dari pohon rambutan, srikaya, mangga, nanas, cabai, empon-empon, porang, tomat hingga tanaman keras . Disamping pekarangannya lebih kurang berjarak 10 meter terhampar hutan mahoni dan sengon miliknya yang rapat.
Pada musim kemarau seperti ini, kegiatan pertanian dilahan cenderung agak berkurang. Rubikem biasanya lebih banyak menghabiskan waktu mengurus tanaman keras yang tumbuh liar. Dia mengambil bibit-bibit yang tersebar di hutan kemudian diambil untuk dipindahkan kedalam polybag untuk dirawat.
Polybag berukuran kecil berjejer disamping rumahnya yang terbuka. Sengaja ditempatkan disitu agar bibit terkena sinar matahari untuk mendukung pertumbuhannya. Tampak beberapa tanaman sengon yang sudah dia pindahkan dari polybag ke tanah. Tanaman ini tingginya sudah mencapai 1-2 meter dengan jarak tanam kurang lebih 5 meter.
Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman di musim kemarau ini, dia mempunyai tehnik khusus yang diberlakukan untuk tanamannya. Saat petani yang lain tidak melakukan pembibitan di musim kemarau, Rubikem berani membuat pembibitan dengan metode infus pohon.

Rubikem mempraktekkan pengisian ke botol bekas (foto by: ST)
“Dengan infus pohon, kebutuhan air untuk pertumbuhan pohon bisa tercukupi di musim kemarau, dan saya sudah membuktikannya sendiri. Kegiatan ini saya lakukan hingga musim hujan tiba,” demikian kata Rubikem. Cara yang digunakan cukup sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi. Dia memanfaatkan botol air mineral atau botol-botol plastik bekas yang lain dengan ukuran 1 liter-an untuk dimanfaatkan sebagai tampungan air dan ditanam di dekat tanaman.
Air yang digunakan juga bukan sembarang air, Rubikem memanfaatkan air cucian beras yang kaya akan nutrisi yang digunakan untuk infus pohon. Melalui riset yang dilakukan sendiri dia mencoba-coba dengan menggunakan sumbu, juga riset dengan dengan menanam botol yang sudah dilubangi dalam posisi terbalik. Tetapi dari hasil pengamatan yang dilakukan dua metode tersebut tidak efektif.
Akhirnya, Rubikem mencoba dengan melubangi botol-botol yang sudah disiapkan dengan peniti/jarum dan memasukkan air cucian beras kedalam botol kemudian menanamnya di dekat tanaman dengan posisi botol tegak. Setiap dua hari sekali, botol itu diisi ulang dengan air cucian beras dan tanaman yang diberikan infus pohon tampak sehat dan mempunyai pertumbuhan yang bagus.
“Sayang mas, daripada air dibuang-buang. Saya juga sedih melihat botol-botol plastik berserakan yang mengotori lingkungan. Walaupun sudah ada pemanfaatan botol-botol ini untuk membuat kerajinan tetapi saya juga memanfaatkan untuk membuat infus pohon,” pungkasnya.

Rubikem menunjukkan produk kerajinan dari botol plastik bekas (foto : by ST)
Dari Rubikem, kita bisa belajar, untuk bisa lebih menghargai air dan memanfaatkan sampah plastic menjadi hal yang lebih berguna bagi sesama dan bagi alam.
Salam lestari.
(ST)
Views: 18

Leave a Reply