Kunjungan FOE – ARuPA :

Menjejaki Kembali Jalan yg telah ditempuh

Saat ini ARuPA bersama FoE (Friend of Earth)  sedang melakukan riset keaneka ragaman hayati yang ada di Gunungkidul tepatnya di Desa-desa yang didampingi oleh ARuPA. FOE sendiri merupakan organisasi lingkungan hidup di Negara Jepang.  Mayoko dan Katsunory  yang merupakan relawan  FoE pada hari pertama mengunjungi  Dusun Jeruken, Dusun Blimbing dan Dusun Waru yang masuk di kawasan Desa Girisekar. Elaborasi data oleh dua relawan  FoE dilakukan dengan pertemuan dengan kepada Kepala Dukuh, Ketua KTHR dan Perwakilan dari masyarakat.

diskusi
telaga thowet

Selain tentang pengelolaan hutan, yang menarik hal-hal yang menarik bagi relawan FoE adalah budaya konservasi tanah yang yang dilakukan oleh KTHR (Kelompok Tani Hutan Rakyat), Upaya – upaya pemberdayaan perempuan melalui pengembangan ekonomi produktif berbasis bahan baku lokal, dan adanya lembaga-lembaga simpan pinjam di tiap-tiap dusun masih terus berjalan. Kegiatan konservasi tanah/konservasi lahan yang dilakukan antara lain yaitu pembuatan perbaikan terasering yang berhuna untuk menahan erosi tanah, pembuatan pupuk organik dan Penanaman tanaman produktif (reboisasi dilahan-lahan kritis). Dari kegiatan yang telah dilaksanakan banyak manfaat yang dirasakan selain bertambahnya pengetahuan (capacity building) lewat pelatihan-pelatihan juga lahan-lahan yang dulu kritis saat ini telah banyak ditumbuhi pohon-pohon dan juga semakin bertambahnya pendapatan kelompok/petani dengan pemanfaatan lahan-lahan yang ditanami oleh tanaman produktif.

Peran Perempuan juga dilibatkan dalam pelestarian hutan rakyat ini, hal-hal yang telah dilakukan adalah munculnya usaha produktif dibidang pengolahan makanan yang bahan bakunya melimpah disekitar mereka. “Dengan pemanfaatan pisang koprek (pisang tanduk) menjadi makanan, saat ini mampu mengangkat harga pisang ini yang dahulu harganya sangat rendah,” Kata Rusmiyati yang juga sebagai Ketua dari Kelompok olahan  makanan “SIDO MUKTI” Dsn. Blimbing. Walaupun dalam proses nya masih tradisional semangat-ibu-ibu ini dalam memproduksi makanan tetap tinggi, Rata-rata dalam sebulan Kelompok Sido Mukti ini mampu memasarkan 270 kg dari satu bahan baku saja. Kekayaan kelompok dimasukkan dalam kas kelompok dan sebagian diwujudkan membeli seekor sapi.Di Dusun Jeruken, keadaan sedikit berbeda. Kegiatan mengolah makanan yang dilakukan ibu-ibu terus berjalan tetapi pemasaran produknya masih masih disekitar dusun. “Keterbatasan pemasaran ini membuat kami tidak rutin memproduksi makanan, akan tetapi kami tetap yakin usaha ini akan terus berkembang” , ungkap Bu Surati dari Kelompok Ngudi Rejeki Dsn Jeruken.  “goal dari kegiatan-kegiatan ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan ekonomi produktif (Lembaga Keuangan  Mikro dan Pengolahan makanan) sehingga  pada akhirnya ada keputusan tunda tebang dari petani karena ada sumber pendapatan lain yang bisa mencukupi kebutuhan mereka”, ungkap Sugeng Triyanto sebagai staf ARuPA.

Dari diskusi dengan petani-petani, relawan dai FoE, sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh para petani untuk melestarikan hutan mereka. Mereka juga berharap semangat para petani dalam konservasi lahan, pelestarian hutan mereka tetap terjaga meskipun kekurangan air di musim kemarau cukup menjadi permasalahan yang cukup complicated dan menjaga keaneka ragaman hayati berupa tumbuhan/pohon-pohon dan khususnya fauna yang menurut penuturan beberapa warga yang pernah melihat adanya **geger cecep/iseng-iseng. Relawan FoE juga memuji peran masyarakat dan budaya yang ada sehingga sampai saat ini Telaga Thowet  merupakan salah satu dari berpuluh-puluh telaga yang masih ada di Gunungkidul yang debit airnya tidak pernah habis walau di musim kemarau.

Kunjungan yang dilakukan di Desa Semoyo ini merupakan rangkaian kunjungan hari pertama. Rombongan diterima di sekretariat SPP (Serikat Petani Pembaharu) dan diterima langsung oleh Suratimin (Ketua SPP) dan beberapa warga. Desa Semoyo dicanangkan sebagai Desa Konservasi pada tahun  16 Agustus 2007 oleh Bupati Gunungkidul yang pada waktu itu dijabat oleh Bpk. Suharto.

Secara panjang lebar Suratimin mengungkapkan ada beberapa kegiatan yang sudah pernah dilakukan seperti dibidang peternakan pertanian dan kehutanan. Kegiatan peternakan dan pertanian antara lain dengan pembuatan silase, pupuk organik, kompos dan biogas. Sedangkan untuk kegiatan kehutanan dan lingkungan : sumur resapan, dan desa ini menjadi tempat pembelajaran tentang REDD + (pengurangan pemanasan global, perubahan iklim dan  penghitungan potensi cadangan karbon). Disamping dicanangkan sebagai Desa Konservasi di desa ini sedang melakukan proses pengajuan sertifikasi hutan rakyat lestari.

Kondisi topografi lahan  yang berbukit-bukit  membuat desa ini rentan akan erosi/longsor. Dan dalam hubungan dengan ketersediaan air, pada musim kemarau saat ini sejumlah 50 mata air di Desa Semoyo mengalami penurunan debit air. Setelah berdiskusi dilanjutkan dengan keunjungan ke lapangan untuk emeperkuat data dengan foto-foto kegiatan maupun kondisi faktual seperti  melihat mata air, pengolahan timber menjadi handicraft ,kebun bibit desa yang dilakukan secara swadaya,dan kondisi hutan yang kritis di Desa Semoyo.  Keaneka ragaman hayati atau fauna yang masih tersisa di Desa ini  menurut pengakuan pengurus SPP adalah burung-burung dan beberapa mamalia. (danu & trie)

Views: 31

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *